Thursday, July 20, 2006

Saya Kan Wakil Rakyat!

Oleh Nurul Huda Maarif

NurulSore itu, beberapa hari setelah Sidang Paripurna DPR RI menetapkan tunjangan Rp. 10 juta perbulan untuk wakil rakyat, terjadi dialog ala kadarnya antara seorang wakil rakyat (selanjutnya disingkat Warak) dengan yang ’diwakili’nya, di Warteg Watut Matraman. Warak itu memang kerap mampir di sana, sekedar untuk menunjukkan bahwa dirinya suka berbaur dengan wong cilik (selanjutnya disingkat Wocil). Oalah…

“Wah, tambah kaya saja sampean,” seloroh Wocil yang tampak bodoh dan lusuh itu. Kebodohan dan kelusuhan memang absah baginya, karena selama ini selalu dibodohin dan dilusuhin wakilnya itu.

“Kamu nyindir saya?” tanya Warak itu sok peka, yang selama ini nyaris tidak punya kepekaan sama sekali.

“Sampean baru saja dapat pulung, to?,” tanya Wocil itu lagi.

“Pulung apa?,” tanya balik Warak, pura-pura tidak ngerti konteks.

“Sampean kan kini dapat tunjangan Rp. 10 juta perbulan. Apa itu nggak pulung?”

”Oh..itu. Itu bukan pulung. Pulung itu kalau tiba-tiba saya dapat sesuatu, tanpa upaya apapun. Saya kan wakil rakyat, wakil kamu. Saya selalu membela rakyat dalam setiap tarikan nafas. Membela itu capek. Butuh tenaga dan fikiran. Dan perlu kamu tahu, zaman ini tidak ada pembelaan tanpa kompensasi. Siapa yang mau?,” ceramah Warak itu mulai membodohi.

”Tapi, untuk pembelaan yang tidak seberapa itu, mengapa kompensasinya begitu besar? Padahal sudah ada gaji pokok yang juga besar?,” tanya Wocil itu benar-benar bodoh.

“Itu disesuaikan kenaikan BBM saja.”

”Di tengah rakyat miskin yang tawuran, bacok-bacokan, pada pingsan, membunuh RT, hanya untuk mendapat KKB secuil Rp. 100-300 ribu? Apa itu tidak keterlaluan?”

”Tidak ada yang keterlaluan. Yang keterlaluan itu kalau pembelaan saya pada wong cilik tidak mendapat kompensasi apapun. Saya kan wakil rakyat! Capek!”

”Termasuk rencana kenaikan gaji pada Januari 2006 mendatang tidak keterlaluan?”

”Tentu saja! Itu sama sekali tidak keterlaluan! Itu normal saja.”

Mereka pun ngeloyor pergi dari warung kelas bawah itu. Warak itu langsung ngacir dengan mobil mewahnya, setelah memencet remote control, entah ke hotel mana. Sedang Wocil itu tertatih-tatih berjalan dengan terompahnya yang kebesaran, disertai keringat bercucuran, menuju gubuk kardusnya yang reot di bawah jembatan sungai Matraman.
Diam-diam, sejuta tanya menyeruak menembus pikiran bodohnya.

“Enak juga jadi wakil rakyat. Diam dapat uang. Teriak sekali muncul berlembar rupiah dari mulutnya. Tidur ngorok juga menyemburkan uang. Plesiran disangoni. Jangan-jangan ngiler atau kentut juga menghasilkan uang. Hebat! Ha..” gumamnya.

Padahal, Wocil dengan ekonomi mengenaskan yang menjadi mayoritas penghuni negara ini, ngos-ngosan hanya untuk mencari sesuap nasi, puntang-panting hanya untuk beli sekaleng susu, pecicilan hanya untuk menyekolahkan anak walau nggak sampai sarjana, mpot-mpotan hanya untuk bayar sewa kontrakan, eh, Warak itu…

”Apakah Warak itu betul-betul mewakili rakyat? Apakah tunjangan di saat seperti ini juga mewakili hati nurani rakyat?,” tanyanya aneh.

Wocil itupun teringat dawuh Mantan Presiden RI Romo KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), saat berbuka puasa bersama di RM Raden Kuring, Cikini, Jakarta, Minggu (23/10/2005). Ini kebiasaan Gus Dur tiap Ramadhan; mengumpulkan kawula alit, ngobrol ngalor-ngidul, hanya untuk menghibur kepenatan mereka, sembari memberi jamuan ala kadarnya.

Saat itu Gus Dur dawuh: “Tunjangan Rp. 10 juta di tengah-tengah kondisi begini kok rasanya risih. Keadaan kita krisis kok seolah-olah wakil rakyat itu tidak krisis. Apa itu tidak lari dari kenyataan?”

”Kalau begitu, yang wakil rakyat itu mereka atau Gus Dur? Sulit juga mengidentifikasi mana yang wakil rakyat sesungguhnya dan mana bunglon yang berjubah wakil rakyat. Tidak ada ukuran fisiknya, ” gumamnya lagi asal-asalan.

Wocil itu lalu manggut-manggut mengakui apa yang pernah dituturkan Raden Ngabehi Bagus Burham Ronggowarsito, bahwa jaman ini adalah jaman edan. Yang nggak edan nggak keduman. Yang waras ikut-ikutan edan, hanya untuk keduman.

”Semuanya serba jungkir-balik. Yang kaya ngaku miskin hanya biar dapat KKB. Yang miskin ngaku miskin nggak ada yang percaya. Edan tenan! Yang wakil maunya jadi bos. Yang bos malah seperti wakil. Lihat saja tuh Wapres. Maunya jadi bos saja. Juga MUI yang ‘wakil’ Tuhan, maunya jadi Tuhan. Termasuk wakil rakyat. Katanya wakil kok malah jadi cakil yang rakus,” gumamnya lagi kian asal-asalan.

Itulah tabiat Wocil. Sering dibodohin membuat mereka asal ngejeplak saja, seakan tidak ada adab sama sekali pada wakil rakyatnya. Wocil memang tidak tahu bagaimana beradab pada mereka. Juga tidak tahu, apakah mereka pantas diadabi atau tidak. Ingat! Mereka itu wakil rakyat yang terhormat, lho! Yang ngaku-nya punya hati nurani, padahal hati saja tidak punya, apalagi hati nurani. Ha..[]

*Pernah dipublikasikan www.gusdur.net

1 Comments:

At 2:59 AM, January 10, 2020, Blogger Amisha said...

Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

 

Post a Comment

<< Home