Tuesday, June 12, 2007

Kiai Husein: "Memulung" Kebenaran Terpinggirkan

Oleh Nurul H Maarif

KH Husein Muhammad, 52 tahun, adalah segelintir kiai yang miris menatap tindak ketidakadilan terhadap perempuan. Lebih miris lagi, ternyata "agama" turut terlibat dalam arus besar budaya tidak adil itu.

"Tanpa disadari, ternyata telah terjadi tarik-menarik yang sulit dipisahkan antara sistem budaya dan "agama" yang memberikan kekuatan besar bagi terciptanya subordinasi dan ketertindasan bagi kaum perempuan," ujar Pengasuh Ponpes Dar al-Tauhid Arjawinangun Cirebon ini tercengang.

Tapi itulah, imbuhnya, realitas yang tengah terjadi di masyarakat, kendati sesungghunya agama maupun agamawan tidak menghendakinya. "Ada kesenjangan dan ketimpangan antara idealitas agama dan realitas sosial," jelas pendiri Fahmina Institute ini.

Kang Husein -- sapaan akrabnya -- melihat, ketidakmampuan memilah mana teks agama yang mencerminkan makna humanitas universal dan mana yang mencerminkan humanitas kontekstual, menjadi akar tunggal kesenjangan dan ketimpangan itu. "Saya melihat kenyataan di atas dan saya merasa terganggu. Saya lalu mencoba mencari-cari jawabnya melalui kajian terhadap teks-teks keagamaan klasik yang kebetulan menjadi basis intelektual saya," ujarnya. Hasilnya, apa yang tertera dalam kitab klasik merupakan interpretasi dan responsi ulama terdahulu terhadap kebudayaan setempat.

Sebab itu, satu-satunya jalan agar kitab klasik dapat dijadikan rujukan, adalah dengan menafsir ulang sesuai konteks kekinian. "Misalnya perlakuan tak adil dan kekerasan terhadap perempuan harus diluruskan, meski pandangan itu terdapat dalam kitab klasik," ujar penulis buku Fiqh Perempuan (LKiS: 2001) ini. Untuk itu, pada lokasi dan waktu berbeda, harus ada penafsiran berbeda. "Menutup peluang adanya penafsiran atas teks-teks kitab suci merupakan penghinaan terhadap kitab suci itu sendiri," katanya.

Alumni Pesantren Lirboyo Kediri Jawa Timur 1973 ini menambahkan, dalam ajaran tauhid kedudukan manusia diletakkan sejajar. Hanya ketakwaan yang bisa mendudukkan manusia pada tingkat yang tinggi. "Merujuk pada tauhid ini, mestinya tak ada penindasan atau pensubordinatan terhadap perempuan," ujar penulis buku Islam Agama Ramah Perempuan (LKiS: 2004) ini.

Sejarah membuktikan, imbuhnya, melalui Alquran Nabi Muhammad SAW justru telah melakukan perjuangan menegakkan keadilan jender di tengah budaya patriarki yang akut. "Nabi sedang melakukan transformasi sosial-kultural Arab secara bertahap. Dan ternyata perempuan kala itu mulai mendapatkan perlakuan yang adil. Ketika ada perempuan lahir kemudian dibunuh secara diam-diam, Alquran mengkritiknya dengan nada sinis dan pengingkaran," ujarnya seraya mengutip QS At-Takwir [81]: 8-9. "Malah ketika masyarakat jahiliah tak memberikan hak waris pada perempuan, Alquran memberikannya meski separuh," imbuhnya lagi.

Fatwanya yang membolehkan perempuan menjadi imam shalat bagi laki-laki, menjadi bukti keberaniannya menerabas arus mayoritas itu. "Sejauh ini pandangan saya cukup jelas. Perempuan dibolehkan menjadi imam salat bagi siapa saja, baik bagi perempuan maupun laki-laki," tandas pendiri Balkis Women's Crisis Centre ini.

"Saya kira (pikiran Kang Husein, red) yang paling berani adalah soal kepemimpinan dalam shalat," ujar Indonesianis Andree Feillard mengakui. Kang Husein, imbuh Andree, selalu berusaha mencari makna esensial yang tertanam dalam satu ayat atau hadis menyangkut jender. "Sebagai seorang yang memiliki latar belakang tradisi kitab kuning cukup kuat, Kiai Husein mampu membaca dan memetakan berbagai ketimpangan hubungan laki-laki dan perempuan melalui berbagai ragam referensi secara teliti dan kritis," kata Rais Syuriah PBNU KH A Sahal Mahfudh kagum.

Itulah Kang Husein, yang oleh Mantan Koordinator JIL Ulil Abshar-Abdalla digelari "pemulung� wacana terpinggirkan. "Ada yang bilang al-khata' al-masyhur khairun min al-shawab al-mahjur/kesalahan yang populer lebih baik dari kebenaran yang dimarjinalkan. Dan saya "pemulung" wacana al-shawab al-mahjur itu," kata Mantan Direktur Wacana Rahima ini.[]

1 Comments:

At 11:40 PM, October 19, 2008, Blogger Tentang saya said...

Assalamu'alaikum,

Mas NHM, masih ingat saya, nggak, yang dulu pernah ketemu dalam beberapa tulisan di SDC?

Kebetulan saya cari-cari di internet dan nemu blog ini, semoga di lain hari aku bisa ditemukan dengan mas NHM?

 

Post a Comment

<< Home